Pages

Saturday, September 15, 2012

[Flash Fiction] Kembali

Selama dua tahun aku berdiri di ambang asa yang entah telah berapa juta kali menghempaskan semua harapku, semua mimpiku. Lelaki itu secara tiba-tiba datang di hidupku. Membuka pintu hatiku yang dulu tertutup rapat setelah aku terluka karena cinta.

“Aku kembali, untuk kamu…”

Aku terhenyak mendengar ucapan yang meluncur dari bibir lelaki yang kali ini tiba-tiba muncul kembali di episode hidupku. Kalian bisa berkata selama dua tahun ini aku bagaikan mummy. Kaku. Dan sekarang, Dion, lelaki yang saat ini berdiri di hadapanku, tiba-tiba ada disini, menungguku di depan kantor tempatku bekerja, selama dua jam.

“Darimana kamu tau aku ada disini?” nadaku sedikit meninggi saat mengatakan hal itu. Andai dia tahu, bukan marah yang aku rasa. Entah kemana rasa sakit yang kurasakan selama ini. Rasanya semua menghilang tanpa bekas saat kini aku bisa menatap wajahnya. Merasakan udara yang sama dengannya.

“Kamu tau dengan jelas kalau aku akan kembali,” ucapnya pelan. Lelaki itu mencoba untuk tersenyum.

“Tidak,” sentakku padanya. Aku terlalu naïf. Aku terlalu takut untuk memegang kata-katanya dulu sebelum dia pergi ke Jepang untuk melanjutkan studinya. “Kamu, adalah lelaki tanpa komitmen. Itu kan yang dulu kamu bilang?”

Rasanya aku ingin menangis. Egoku mengatakan bahwa aku bisa melupakannya. Aku bisa sembuh dari rasa sakit karena kehilangan lelaki yang pernah bersamaku, walaupun hanya selama tiga bulan, sebelum kepergiannya ke Jepang. “Aku jauh dari kamu. Kamu disana, aku disini. Dan selama dua tahun, kita tidak berhubungan sama sekali.”

Lelaki itu tiba-tiba berjalan mendekat ke arahku. Listrik ribuan watt terasa merambati pembuluh darahku saat kurasakan jemarinya mengelus lembut pipiku. “Kamu enggak menyadari apa yang telah kamu perbuat pada hatiku,” ucapnya lembut. “Kali ini aku akan mengejarmu. Menyembuhkan luka di hatimu. Aku mencintai kamu."

Mataku terasa panas mendengarkan kata-katanya. Aku juga mencintaimu, batinku. Ingin aku menjerit di dalam hati.

“Hanya kamu yang ada di hatiku. Kamu yang membuatku sanggup merasakan apa arti cinta. Hanya kamu. Kamu tidak akan pernah terganti. Kali ini, aku mohon, beri aku kesempatan.”

Saat menatap bola matanya yang menunjukkan ketulusan, aku sadar, aku tak perlu lagi mengikuti egoku. Karena aku… mencintainya. Tanpa syarat.

No comments:

Post a Comment